Rekayasa perangkat lunak (RPL, atau dalam bahasa Inggris: Software Engineering atau SE) adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara pengembangan perangkat lunak termasuk pembuatan, pemeliharaan, manajemen organisasi pengembanganan perangkat lunak dan sebagainya.
Perangkat Lunak (RPL) adalah teknik pembuatan perangkat lunak.
Requirement awal
Pemrograman : algoritma, bahasa pemrograman
Struktur data : sorting, searching
RPL lanjut
RPL : workflow, software process
Analisis dan Desain : Terstruktur (ADT) dan Berorientasi Objek (ADBO)
Proyek Perangkat Lunak (PPL) : testing, project management. Hasil : deployment / distribusi
Input : pengalaman dan problem.
Output : pengalaman baru, jurnal pengetahuan
Syarat : banyak membaca dan banyak mencoba
Software Engineering (RPL) terdiri dari :
Software Process : requirement engineering, analisis, desain, implementasi (coding), testing, deployment
Software Product : source code, data, dokumentasi (manual)
Pada PC Media edisi Mei 2006 saya menulis tentang pendidikan perangkat keras komputer. Pada edisi ini saya ajak pembaca mengkaji efektivitas pendidikan rekayasa perangkat lunak komputer di Indonesia. Kerangka pemikiran yang diajukan pada tulisan ini mirip dengan kerangka pemikiran tentang pendidikan rekayasa perangkat keras komputer.
Pada paparan tentang pendidikan rekayasa perangkat lunak ini saya membicarakan tentang kata informatika, usulan nama untuk pendidikan perangkat lunak, kaitan pendidikan perangkat lunak dengan industri perangkat lunak, keanehan industri perangkat lunak, dan mitos-mitos pendidikan “Informatika”. Benang merah yang mengaitkan semua subtopik di atas adalah bahwa kurikulum dan praktik pendidikan perangkat lunak di Indonesia sampai saat ini tidak membuat alumninya lebih baik daripada orang otodidak.
Kata “Informatika”
Sampai saat ini, tidak ada jurusan pendidikan setingkat D3 atau S1 yang memakai kata “Perangkat Lunak”. Di Indonesia, hampir semua jurusan pendidikan perangkat lunak memakai kata Informatika.
Pemakaian kata Informatika sebagai nama (atau bagian dari nama) bidang studi saja sudah menimbulkan masalah. Kata “Informatic” atau “Informatics” tidak ada dalam kamus Webster (tahun 1996, tahun-tahun berikutnya belum saya periksa). Kata “Informatika” muncul di begitu banyak jurusan karena latah mengikuti jurusan yang didirikan di ITB tahun 1981, yakni “Teknik Informatika”. ITB pada waktu itu memakai kata tersebut karena mengikuti Prancis yang memakai kata “Informatique”. UI (Universitas Indonesia) enggan mengikuti ITB, dan pada tahun 1986 mendirikan jurusan “Ilmu Komputer”.
Penutup
Bila disimak dari kehadiran industri rekayasa perangkat lunak di Indonesia, maka kehadiran pendidikan informatika (“rekayasa perangkat lunak”) memang memiliki alasan kuat. Tetapi, bila dilihat dari fakta bahwa orang-orang yang otodidak mudah bersaing dengan alumni-alumni informatika, maka pendidikan informatika tidak memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dengan cara seperti saat ini. Salah satu sebabnya adalah karena terlalu banyaknya kuliah sehingga tidak ada keahlian yang diasah selama bertahun-tahun dalam pendidikan tersebut. Alasan-alasan lain akan saya kemukakan pada tulisan-tulisan yang berbeda.
contoh aplikasi yang bisa digunakan untuk website adalah :
1. Dreamwever
2. Jomla
3. PHP
4. Korel
5. Dll
0 komentar:
Posting Komentar